Tak Semua Valentine Indah
Pagi ini aku berangkat terburu-buru, entah kenapa padahal waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi.
" Hey, Martha !, kau berangkat pagi sekali", teriak Rendy padaku. Ia tak malu walau bertemu denganku di tengah jalan dengan memakai celana renang dan kaos dalam saja. Huh sungguh memalukan, tak berguna.
" Sedang apa kau memakai pakaian yang belum jadi itu?", tanyaku.
" Jangan salah kau, begini-begini aku membuatnya sendiri dengan mengumpulkan kain percaku, hahahahaha. Ibu dan Ayahku seorang penjahit yang punya banyak sekali kain perca", katanya dengan bangga.
Aku bersyukur keluargaku tak ada yang seperti Rendy yang sangat gila. Celana renang yang terbuat dari kain perca itu membuatku malu bicara dengan lelaki gila itu.
" Ku rasa, aku harus segera pergi ke sekolah, aku sangat terburu-buru", kataku, walau itu masih pukul 6.
" Tunggu, aku akan ikut denganmu", katanya.
Seolah seperti mimpi saja aku menunggunya berganti pakaian, memang dia sedikit tampan tapi dia sangat gila melebihi orang gila di depan sekolahku.
" Ayo kita berangkat sekarang, aku belum makan dari kemarin", katanya dengan wajah tak berdosa.
Aku mengayuh sepedaku dengan susah payah, karena Rendy membonceng dibelakangku, dia seperti anak idiot. Seharusnya dia yang mengayuh sepeda ini, bukannya aku. Seluruh tenagaku terkuras hanya untuk mengayuh sepeda ini, aku tak ingin teman-teman yang lain melihatku seperti ini. Apalagi kalau Anthony melihatnya, hfffffff......... bisa mati konyol....
"Hey Martha, kau terlihat berantakan", kata sebuah suara di sampingku.
Sepertinya aku mengenal suara itu, dan benar itu suara "Anthony........", aku terbelalak dan hampir jatuh dari sepeda. Tapi si gila Rendy datang dan berjabat tangan dengan Anthony dan berkata "Martha menungguiku saat mandi tadi dia juga akan mentraktirku makan mie bakso di kantin Pak Jasman".
Dia sangat gila dan aku tak pernah berencana mentraktirnya di Kantin super mahal milik Pak Jasman itu, dan aku menunggunya karena dia ingin memboncengku. Rendy sangat keterlaluan, membuatku malu di depan Anthony. dan Anthony......................................
to be continue.....
jjae
Aku ingin mual mendengar perkataan Rendy, dan Anthony juga mengira Rendy berkata benar. Benar-benar sangat memalukan, aku teringat kata pamanku "Kata-kata memalukan datang dari suara orang yang kita sayangi", aduh kalo denger suara itu bikin merinding aja.
"Hey Martha, ntar malem kamu bisa nggak jalan ma aku", kata Anthony.
"Bisa bisa, aku juga lagi nggak ada acara koq", kataku dengan senang hati.
"Aku jemput kamu ya di rumah", katanya.
Malamnya, Anthony menjemputku dengan mobil sedan berwarna silvernya, ih romantis banget dech, xixixixi......
Anthony mengajakku pergi ke sebuah tempat yang sangat romantis, keren banget. Dia mengatakan hal-hal yang sungguh indah, kata orang-orang sich cowok yang ngomongnya romantis itu cowok playboy, tapi Anthony nggak koq.
Tepat pukul sembilan malam, aku pulang dengan Anthony. Ia tersenyum sambil mengamatiku masuk ke dalam rumah, tapi ketika aku sampai rumah, Rendy datang membawakan seikat bunga yang Ia rangkai sendiri.
"Ngapain kamu kesini, malu-maluin tau nggak", kataku pada Rendy.
"Ih Martha, kamu gimana sich katanya cinta sama aku, sayang, ini aku kasih kamu bunga, aku rangkai sendiri lho, ada bunga sepatu, bunga matahari dan bunga rumput ini, nggak pa-pa kan kecil yang penting cinta aku ke kamu begitu besarnya", katanya seraya memegang bunga itu untuk diberikan padaku.
"Kamu apa-apaan sich, nggak jelas ngapain kamu kesini pake jas aneh pula", kataku.
"Eh Martha, kamu udah pulang ya, nie dicari Rendy katanya kangen ma kamu", kata Siska, kakakku, kebetulan mama ama papa lagi bisnis ke luar kota.
"E..., ini bunganya aku berikan padamu pas malam hari valentine", kata Rendy.
"Nggak ah aku mau bobo, besok nggak jadi valentine ama Anthony lagi, kamu pulang aja dech udah jam sembilan nie", kataku.
Rendy pun pulang dengan wajah yang amat sedih, tak pernah ku lihat dia berwajah sedih seperti tak ada gairah untuk hidup.
"Kamu gimana sich, Rendy tuch nungguin kamu dari jam tujuh tau nggak, dia jalan ke sini, minumnya aja nggak disentuh sama sekali sebelum kamu datang", kata Kak Siska.
"Udah lah kak, aku masih setia sama Anthony", kataku sambil masuk ke kamar.
"Daripada aku pusing-pusing mikirin Rendy, mendingan aku telpon Anthony aja", kataku.
"Koq nggak bisa dihubungi sich, biasanya jam segini dia tu lagi santai, koq, pasti ada yang beres nech", pikirku.
Pagi harinya Anthony agak pendiam, ia hanya tersenyum melihatku, memang tak seperti biasa, aku ingin menyapanya tapi gimana yach, aku bingung. Lalu dia mendekatiku dan berkata' "Valentine nanti aku mau ngajak kamu ke tempat yang kemarin, karena ku lihat kau suka disana", katanya dan langsung pergi.
Aku hanya bisa mengangguk, tak bicara hanya diam melihatnya berlari. Apa masalahnya.
Hari ini aku menepati janjiku untuk menemuinya di tempat kemarin, tepat di hari valentine. Ia sudah berada disana dengan mengenakan sweeter.
"Ehm, Martha, sebelumnya aku minta maaf banget sama kamu, selama ini", kata Anthony.
"Minta maaf apa?, nggak ada yang perlu dimaafin Thon, aku ngerasa hubungan kita nggak ada yang salah", kataku.
"Nggak, kemarin aku nggak angkat telpon dari kamu", katanya.
"Cuma itu", kataku.
"Bukan hanya itu, aku rasa aku harus mengakhiri hubungan in", katanya.
"Kenapa Thon, apa karena kamu nggak angkat telpon aku truz kamu ngerasa bersalah banget", kataku.
"Aku harus pergi ke New York untuk melanjutkan sekolahku, dan aku akan tinggal di sana, mama udah kasih aku seseorang yang akan mendampingiku selamanya", katanya.
"Ya udah kalo kamu maunya gitu, aku nggak keberatan", kataku.
"Tapi Tha, aku masih bisa komunikasi sama kamu kan, aku ingin menjadi sahabatmu Tha", katanya memohon.
Aku lalu meniggalkan tempat itu dan pergi ke danau belakang sekolah. Biasanya kalo orang patah hati perginya kesana sambil teriak-teriak nggak jelas.
Keesokan harinya aku tak bertemu Anthony lagi, tapi sepucuk surat tergeletak di laci mejaku. Ternyata surat ini dari Anthony. Di surat ini tertulis,
"Maafkan aku Martha, mungkin inilah yang terbaik bagi kita, kau tahu kan Mamaku nggak suka diatur. Kau tau mamaku suka menganggapku anak kecil yang mesti diatur layaknya bayi. Aku sebenarnya masih ingin bersamamu selamanya, tapi kedaan berkehendak lain...
I LOVE, MISS, NEED U MARTHA
LOVE ANTHONY "
Hatiku tersentuh, bagaikan diterjang ombak. Kata-kata romantis Anthony masih terngiang ditelingaku.
"Martha, maafin aku ya kemarin malem, aku udah ganggu kamu", tiba-tiba sebuah suara mengagetkan ku, ternyata Rendy.
"Nggak pa-pa Ren, aku yang salah", kataku. "Ternyata tak semua valentine itu indah.
"Martha, masih adakah lowongan di hatimu untukku, walau ini tak hari valentine seperti yang kau harapkan", kata Rendy.
"Kalau kau mau", kataku.
"Beneran nich", katanya dengan senang hati. Ia lalu memelukku. Ternyata Rendy sudah tak gila lagi, penampilannya keren seperti Anthony dan kata-kata paman memang benar.
Kalau kamu punya artikel menarik untuk di share, kamu bisa mengirimnya ke blog ini. Caranya silakan klik di sini. 100% Gratis ;) Jangan lupa juga untuk follow twitter anax kolonx @anaxkolonx dan like fanspagenya di di sini ;) Kalau mau copas artikel "Tak Semua Valentine Indah" di atas, jangan lupa nyertain link sumbernya dari blog ini loh, awas kualat kalo enggak disertain ;) |
Artikel Terkait Tentang Tak Semua Valentine Indah :
Komentar Untuk Tak Semua Valentine Indah