Kamis, 17 Juni 2010

MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1)

Kamis, 17 Juni 2010
Tiket Pesawat Murah

“Menghitung hari, detik demi detik…”,senandung suara Luna mulai terdengar.
“Ngapain sich loe Lun, bosen tau nggak denger lagu itu melulu”, kata Melly.
“Yee, suka gue donk, lagian juga mulut-mulut gue”, kata Luna.
“Emang dasar loe, ntu kan lagu sedih, gue paling nggak demen ama yang namanya lagu sedih”, kata Melly.
“Okay dech, oh ea kita kan udah sohiban lama banget nich, dari SMP, kita camping yuk”, ajak Luna.
“Berdua doank, ogah ah”, kata Melly.

“Ya nggak lah, kita ama pasangan kita, Johan ama Reno”, kata Luna.
“Kalau masalah gitu ma gue mau Lun, o ea loe tadi dicari ama Johan, katanya ada yang penting mau diomongin sama loe, tau dech sekarang dimana tapi tadi dia jalan ama Reno mau ke perpustakaan katanya mau pinjem buku apa gitu”, kata Melly panjang lebar.
“Kalau penting pasti dia nyari aku”, kata Luna.
“Hey say, gie ngapain nich koq cuma berdua doank, biasanya Luna ama Johan”, kata Reno yang tiba-tiba mengagetkan Melly.
“Ih kamu dech, oh iya say, tadi Johan nyariin Luna kan”, kata Melly pada Reno.
“Iya, tadi kamu di telepon Johan nggak diangkat-angkat sich, bete kan tuch cowok, tapi tenang aja dia nggak bakalan marah koq ma kamu, malahan dia bilang mau nglamar kamu kalo udah dapet kerja”, kata Reno.
“Cieeeee, yang mau dilamar niyeee”, ejek Melly.
“Ih apaan sich”, kata Luna dengan wajah malu-malu. “Lagian juga gue nggak lama lagi di sini”.
“Maksud loe apaan Lun?”, tanya Melly dan Reno heran.
“Eh, ehm….., udah dech lupain aja”, kata Luna.
“Ya udah kalo gitu, kirain apaan”, kata Reno.
“Eh say, kita mau camping nich ke Puncak minggu depan, Luna yang ajak kita, katanya dia mau ngilangin phobianya ama yang namanya rel kereta api”, kata Melly pada Reno.
“Boleh juga tuch, ntar Johan diajak sekalian biar makin cihuy, hehehe “, kata Reno.
“Pada ngomongin apaan sich, serius banget”, kata Johan tiba-tiba.
“Loe Jo, kayak jelangkung aja, datang nggak dijemput pulang nggak di anterin”, kata Reno.
“Gini lho Jo, kita mau camping ke Puncak minggu depan, qan pas waktu liburan tuch, daripada liburan ke mall melulu”, kata Melly.
“Oke dech nggak pa-pa, aku sich ngikut aja”, kata Johan.
Keesokan harinya, Luna tiba-tiba murung, ia jadi agak pendiam.
“Gue mau ngomongin sesuatu nich ama kalian semua, sebenernya nggak boleh sich, cuman aku nggak bisa nyimpen rahasia ini sendiri”, kata Luna.
“Rahasia apaan Lun?”, tanya Melly.
“Pokoknya nanti kalian datang ke rumah gue pukul sepuluh malem”, kata Luna.
“Malem banget sich Lun, kalo mo ngomong sesuatu biasanya di kantin juga udah bisa”, kata Reno.
“Pokonya ntar malem jam sepuluh kalian ke rumah gue”, kata Luna.
“Oke dech beb, tapi ortu kamu nggak marah kalo kita datang malem-malem?”, tanya Johan.
“Tenang aja, ortu gue lagi bisnis di luar kota, yang di rumah cuma kakak gue ama suaminya”, kata Luna.
Orang tua Luna sering pergi ke luar kota untuk berbisnis, bahkan ke luar negeri. Dalam setahun bisa dihitung berapa kali orang tua Luna ada di rumah. Kurang lebih dua ato tiga puluh hari saja orang tua Luna ada di rumah. Luna hanya diawasi kakaknya, Siska dan suaminya Erick. Luna amat membenci Erick, karena Erick adalah mantan kekasih Luna, namun Siska tak mengetahui hal itu. Siska dan Erick amat menyayangi Luna, namun Luna sama sekali tak suka pada mereka. Jika di rumah, Luna hanya mengurung dirinya di dalam kamar selama berjam-jam, kalau tidak di kamar ia pasti ada di ruang bawah tanah tempatnya biasa bermain dengan Ricard. Ricard adalah adik Luna yang sudah meninggal. Ricard amat disayangi kakeknya, Ricard juga diberi indra keenam dan kemampuan berkomunikasi dengan makhluk gaib oleh kakeknya. Setelah memberikan kemampuan tersebut, kakek Luna meninggal. Karena Ricard amat menyayangi kakeknya, Ricard akhirnya memberikan kemampuan tersebut pada Luna, karena Ricard ingin selalu bersama kakeknya.
“Akhirnya kalian datang juga, gue pikir kalian nggak akan datang”, kata Luna dengan senyum manisnya.
“Siapa bilang sich beb, kita kan setia ama kamu”, kata Johan.
“Setia pa setia, ngomong aja mau PDKT”, kata Reno.
“Udah udah, sekarang kita langsung aja ke TKP”, kata Luna.
Luna mengajak teman-temannya ke ruang bawah tanah, ia pun menceritakan semua kisahnya kepada teman-temannya.
“Sebenernya kakek ama Ricard di kubur di ruangan ini, aku yang manguburnya tanpa sepengetahuan orang lain. Aku diberi kemampuan untuk berkomunikasi dengan makhluk gaib dan indra keenam. Aku sudah tau kapan aku akan pergi dari dunia ini. Jika aku memberikan kekuatanku pada orang lain, aku akan mati”, kata Luna.
“Ada-ada aja sich loe Lun, serem tau nggak”, kata Reno.
“Di sudut ruangan itu aku mengubur kakek dan Ricard. Aku sering berbicara dengan mereka. Siska dan Erick sering menganggapku gila, makanya aku benci dengan mereka. Aku sudah menulis di paswordku di diary, kapan aku akan pergi”, kata Luna lagi.
“Maksudnya loe udah tau kapan tanggal loe mati Lun?”, tanya Melly.
“Bener banget, tapi ini rahasia, sebenarnya kakek dan Ricard ada di sini, mereka mengawasiku. Aku sudah minta ijin pada mereka untuk memperbolehkanku menceritakan hal ini pada kalian. Tapi kalian jangan kasih tau ke siapa pun, termasuk Siska”, kata Luna.
“Iya beb, kita nggak akan kasih tau ke siapa pun koq”, kata Johan polos.
“Kalian jangan takut ya, kakek sama Ricard mau menampakkan dirinya pukul dua belas nanti”, kata Luna.
“Jangan jangan Lun!, takut gue bisa mati berdiri ntar, ngeri ah Lun”, kata Reno.
“Tenang aja Ren, mereka hanya ingin tau kalian lebih dekat koq, nggak usah takut”, kata Luna.
Tepat pukul dua belas malam, seketika muncul bayangan dua sosok lelaki berbaju putih. Mereka tak lain adalah Ricard dan Kakek. Mereka tersenyum sambil melihat keempat anak yang duduk mengelilingi lilin-lilin kecil. Beberapa menit kemudian, kedua sosok bayangan itu menghilang, tak terasa waktu yang hanya beberapa detik itu ternyata sudah dua jam. Pukul dua lebih delapan menit, mereka naik ke ruang keluarga.
Mereka kemudian tidur, pagi pun menjelang. Melly, Reno dan Johan segara pulang ke rumah masing-masing.
“Makasih ea Lun, udah ngasih tau dunia lain ke kita”, kata Reno.
“Ea sama-sama, gue pikir loe takut semalem”, kata Luna.
“Ea nggak lah, masa’ kekasihnya Melly takut, ya udah lah yuk capcus”, kata Reno.
“Ehm beb, nanti siang kamu ke kampus kan?”, Tanya Johan.
“Ea aku ke kampus”, kata Luna sambil tersenyum.
“Aku khawatir sama kamu beb, soalnya tadi malem aku mikirin kamu terus”, kata Johan dengan wajah sedihnya.
“Tenang aja beb, aku nggak pa-pa koq”, kata Luna.
“Ya udah, ehm nanti aku jemput kamu ea”, kata Johan.
“Iya beb”, kata Luna dengan senang hati.
“Woi yang lagi pacaran, bisa cepet nggak sich, gue pingin pipis ne, bisa cepet dikit nggak sich Jo, ntar siang ketemu lagi ma dia”, kata Reno.
“Iya iya bentar juga ah”, kata Johan.
“Hati-hati beb”,kata Luna.
Johan hanya melambaikan tangan dan tersenyum manis pada Luna.

Di kampus

“Jo, pacar loe mana sich, sepi ne gue nggak ada ceweknya”, kata Melly gelisah.
“Gue juga nggak tau dia kemana, tapi ntar kita ke sana ya, gue khawatir banget ne”, kata Johan.
“Loe dari tadi pagi khawatir ma Luna, loe mimpi apaan?”, Tanya Reno.
“Tapi kalian jangan bilang ke Luna ya, gue takut ne kalo dia mutusin gue gara-gara mimpi ini”, kata Johan.
“Nyante aja sob”, kata Reno.
“Ehm, tadi malem abis dari ruang bawah tanahnya Luna, gue kepikiran angka dua puluh delapan. Trus gue mimpi kalau Luna pergi ama Ricard ma kakeknya. Dan gue nggak boleh ikut, trus dia bilang dua puluh delapan”, kata Johan.
“Gue penasaran ama mimpinya Johan ne. Gimana kalau kita kesana sekarang”, kata Melly.
“Jadi kita ninggalin satu mata pelajaran kuliah demi Luna?”, tanya Reno. “Hey tinggal sejam doank ne kita, pulang juga awal koq, ntar jam satu kita udah pulang”.
“Ya udah Jo, bener Reno tuch”, kata Melly.
Johan hanya menganggukkan kepalanya.
Sepulangnya dari kampus, mereka bertiga langsung menuju rumah Luna.
“Permisi kak, Lunanya ada?”, Tanya Johan.
“Masuk Jo, Luna di dalam”, kata Siska sambil menangis.
“Kakak kenapa?”, Tanya Melly.
“Kita samperin Luna sekarang”, kata Johan.

      BERSAMBUNG...

Kalau kamu punya artikel menarik untuk di share, kamu bisa mengirimnya ke blog ini. Caranya silakan klik di sini. 100% Gratis ;) Jangan lupa juga untuk follow twitter anax kolonx @anaxkolonx dan like fanspagenya di di sini ;) Kalau mau copas artikel "MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1)" di atas, jangan lupa nyertain link sumbernya dari blog ini loh, awas kualat kalo enggak disertain ;)
Kalau kamu suka dengan artikel "MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1)" di atas, kamu bisa membaginya dengan teman facebook, twitter ataupun teman online kamu yang lainnya. Caranya dengan menekan tombol di bawah ini.

Artikel Terkait Tentang MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1) :

Komentar Untuk MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1)

 

Berbagi Lewat Tulisan - Copyright © 2010 Ratih Yuna. All Rights Reserved - MISTERI FACEBOOK LUNA ( BAGIAN 1)