Lovebirds, itulah sebutan yang diberikan teman-teman kami ketika kami baru menikah.
Kurasa aku dan Don memang layak dipanggil begitu. Kocek kami tipis karena kami sama-sama masih kuliah, harus bekerja untuk membiayai sekolah kami. Kadang kami harus menabung berminggu-minggu hanya untuk membeli satu contong es krim. Namun, apartemen kami yang kecil dan kumal tampak seperti surga. Kalian tahu, itulah pengaruh cinta.
Yang jelas, semakin sering mendengar istilah "lovebirds", semakin sering kami memikirkan burung. Pada suatu hari kami mulai menabung untuk membeli sepasang lovebirds milik kami sendiri : jenis yang berbulu. Kami tahu kami tidak mampu membeli sepasang burung dan sebuah sangkar yang bagus, jadi dalam waktu senggangnya, Don membuat sangkar sendiri.
Kami meletakkan kandang kami di depan sebuah jendela beritarai. Lalu kami menunggu sampai amplop lusuh bertuliskan "lovebirds" penuh terisi lembaran uang dan koin kembalian. Akhirnya tibalah hari ketika kami bisa berjalan ke toko hewan peliharaan di daerah kami untuk mengadopsi tambahan bagi anggota keluarga kecil kami.
Kami berniat membeli sepasang parkit. Tapi begitu mendengar sepasang kenari bernyanyi, kami berubah niat. Setelah memilih seekor jantan kuning yang lincah dan betina putih dan manis, kami menamakan pasangan muda itu Sunshine dan Snowball.
Karena jadwal yang meletihkan, kami tidak bisa terlalu sering menghabiskan waktu dengan kedua teman baru kami, tapi kami senang mendengar mereka menyambut kami setiap malam dengan nyanyian ceria. Mereka tampaknya sangat bahagia satu sama lain.
Waktu berlalu, dn ketika keluarga burung kami yang masih muda akhirnya tampak cukup dewasa untuk membentuk keluarga sendiri, kami mempersiapkan sebuah area sarang untuk mereka dan meletakkan banyak bahan untuk membuat sarang.
Ternyata benar, suatu hari mereka mulai menganggap gagasan itu menarik. Snowball seekor pengawas yang sangat bersemangat dalam merancang dan menghias sarang mereka sedemikian rupa, sementara Sunshine, dengan wajah memancarkan cinta, berusaha sekuat tenaga menuruti semua perintah pasangannya.
Suatu hari muncul sebutir telur. Betapa ceria kicauan mereka! Dan beberapa minggu kemudian ketika menetas seekor anak burung mungil, kebahagiaan mereka seolah tak terbatas. Secara genetis aku tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi, tapi bayi kenari itu berwarna oranye cerah. Jadi, kami langsung menamainya Punkinhead.
Hari-hari cerah berlalu. Betapa bangganya kami semua ketika anak burung kami tertatih-tatih melangkah ke luar sarang dan menapakkan kaki di atas tenggeran burung dewasa!.
Lalu suatu hari, Punkinhead tiba-tiba terjun dengan kepala di bawah dari tenggerannya ke dasar sangkar. Burung oranye mungil itu tergeletak diam di sana. Kedua orangtuanya dan aku bergegas menghampiri untuk menolongnya.
Tapi ia sudah mati. Begitu saja. Enath ia terkena serangan jantung sebelum terjatuh atau patah lehernya saat jatuh, aku takkan pernah tahu. Tapi Punkinhead sudah tidak ada.
Meskipun kedua orangtuanya berduka, si kecil ibunya tak bisa dihibur. Ia tidak mengizinkan Sunshine atau aku mendekati tubuh kecil menyedihkan itu. Melodi riang yang biasanya aku dengar dinyanyikan Snowball kini digantika jeritan dan rintihan yang sangat menyayat hati. Hati, kegembiraan, dan semangat hidupnya seolah punah dicairkan kesedihannya.
Sunshine yang malang tidak mengerti apa yang terjadi. Ia terus mencoba menggeser Snowball dari posisi berkabungnya, tapi pasangannya tetap bergeming. Ia malah berulang kali mencoba menghidupkan kembali anak pujaannya.
Akhirnya Sunshine tampak punya rencana. Ia berhasil membujuk pasangannya utuk terbang ke atas dan menyantap beberapa butir makanan setiap beberapa saat, sementara ia sendiri berdiri menggantikannya berjaga. Lalu setiap kali Snowball pergi, diam-diam Sunshine meletakkan selembar jerami sarang di atas tubuh Punkinhead. Hanya satu lembar. Tapi dalam beberapa hari, selembar demi selembar jerami, sekujur tubuh anaknya tertutup.
Pada mulanya Snowball tampak bingung ketika melihat sekeliling, tapi ia tidak mencoba menggali tubuh anaknya. Ia malah terbaring naik ke tenggerannya dan diam di sana. Lalu aku bisa diam-diam menjulurkan tangan ke dalam dan memindahkan tubuh kecil itu, bersama seluruh selubung jeraminya.
Setelah itu, Sunshine menghabiskan seluruh waktunya utnuk menghibur Snowball. Akhirnya pasangannya mulai mengeluarkan kicauan yang normal, dan kemudian suatu hari, kesedihannya akhirnya mencair da ia mulai bernyanyi lagi.
Aku tidak tahu apakah Snowball pernah menyadari upaya penyembuhan penuh cinta yang diam-diam dilakukan Sunshine terhadap dirinya. Tapi mereka terus saling mengabdi penuh kebahagiaan seumur hidup. Kalian tahu, itulah pengaruh cinta.
Apalagi dari lovebirds.
Ceria oleh : Bonnie Compton Hanson
Kalau kamu punya artikel menarik untuk di share, kamu bisa mengirimnya ke blog ini. Caranya silakan klik di sini. 100% Gratis ;) Jangan lupa juga untuk follow twitter anax kolonx @anaxkolonx dan like fanspagenya di di sini ;) Kalau mau copas artikel "Ketika Snowball Mencair" di atas, jangan lupa nyertain link sumbernya dari blog ini loh, awas kualat kalo enggak disertain ;) |
Komentar Untuk Ketika Snowball Mencair